MEMUNGUT DARI YANG TERSISA
Terlalu malam ketika kau bangunkan untuk melihat bulan
Aku tertegun bulan sudah terbelah
Satu tertutup awan dan yang satu tenggelam direrumputan
Kau tuliskan semburat bulan tapi tak jelas
Sehingga kata-kata terkontaminasi menjadi racun yang bisa membunuh
Pedagang kaki lima marah pembeli hanya pandai menawar
Kuli bangunan marah sang mandor hanya memerintah dan ongkang-ongkang
Merah darah tak terbendung ketika jalan-jalan ditutup
Rongga dada dimampatkan ubun-ubun digedor-gedor dengan umpatan
Terhempas perahu putus talinya terombang ambing dilaut
Sampaikah dia di pulau impian ?
Siapa yang bisa mengambil bunga laut dan menanamnya dibatu-batu karang
Penghias senja mengusir jenuh siang malam melintang
Kau gelombang aku angin
Kau pasir aku air
Berpagut melawan arus
Ciptakan syair laut biru
LELAH
Maafkan hati ku
Kau terlalu lelah menemaniku
Aku yang selalu kalah dalam bertaruh
Pada perasaan dan cintanya yang semakin samar menjauh
Meninggalkan catatan rapuh, dia pergi tanpa ragu
Jangan Sedih hatiku
Catatan yang ditinggalkan biarkan terbuka
Duduk lah di sana temani kata – kata yang pernah terucap meski sendirian
Jangan menangis atau mengucap sumpah serapah,
lihatlah langit berkedip-kedip dan hujan akan diturunkan
basahi semua agar lelap mu menghapus luka
Maafkan hati ku
Aku pernah dulu mengabaikan suara ketukan hati
Untuk menjadi hening, bening embun menyejukan
dan sinar pagi menghangat kan hati yang terhempas gairah ombak menggerus bibir pantai
Rasanya sudah terlalu lama
Ku biarkan hati ku merintih sendiri
Menanti dan berharap waktu berbalik berputar
Tak mungkin
Link You tube : Lelah
TAK AKU TEMUKAN
Kali ini saja aku minta kau berhenti bermain main
Sudah waktunya melihat senyum telaga
Airnya jernih mengalir lembut membasahi bumi
Detak jantung mengalun lagu melankolis
Kicau burung tak lagi memberisikan
Aku bukan Adam yang mencari Hawa dalam belantara duka
Yang tak ingin melihat kembang berguguran tanpa terjamah
Harum melati membuat serangga menjauh pergi
Hari ini tak ada lagi kematian
Pohon pohon sudah disemaikan
Kupu kupu kumbang serangga sudah dibangunkan
Lalu apa lagi yang diragukan
Diantara mereka aku hinggap
Sayang kembang yang kuharap masih terkubur dalam kefanaan
CINTA YANG KAU CAMPAKAN
Bila nanti untaian kata ini berbisik di telinga mu
atau seolah bergerincing seperti liontin di tangan mu
Cukup sudah hati ini kau lukai
Hamparan ego mu yang terbentang
Menggerus habis tunas yang kita semaikan
Kau telah meletakan duri tajam, pecahan kaca atau ranjau seperti jarum jam
Memaksakan sebentuk alasan yang bagi ku tak pernah terbayangkan
Bagaimana rasa ngilu kau tebarkan disetiap persendian
Tentang cinta yang semestinya tak kau dustakan
Biar lah rasa sakit ini terbaring sendiri
Kau mengira setelah itu rasa pilu akan berlalu,
lalu pedih yang sempat menghampiri ku tak lagi menjelma
Rasa ego mu terus kau umbar dengan rasa benci dan bangga
Membakar rasa kasih - cinta yang dulu begitu anggun
Tak perlu berpura sedih dan merasa bersalah
Ketika suara ketukan menyambut mu dengan senyuman
atau kata - kata mesra yang selalu kau harapkan, senyum lah bersamanya
Peluk lah hati mu dengan kebahagiaan cinta yang baru
Nanti kau akan mengerti sesuatu yang dulu...... sempat kau anggap irama tak bersuara merdu
DIRUANG MANA KITA BERADA
Tak tahu aku ketemu kamu
Lalu kau sebut aku dalam isyarat
Menerka tak butuh lama
Kita sama sama menuju ruang kosong
Tak berpenghuni
Diluar jendela udara usang saling berbincang
Berisik ingin mengusik
Kau tutup pintu jendela
Angin malam tak lagi menelisik
Kita sedang apa dan berada dimana
Laju lah ke Palung Palung kedalaman
Suara hati terdengar bukan kepalsuan
MASIH BISA
Untuk mu yang tak tahu aku siapa
Sering bersama kita bergandeng melihat dengan pandangan yang sama
Berjalan dengan langkah yang sama
Bercakap dengan bahasa yang sama
Bersantap dengan rasa yang sama
Saling berbohong hanya untuk menjadi kita
Untuk mu yang tak tahu aku siapa
Ada perasaan lelah
Ada rasa salah
Beranikah kita bertatap untuk memeras lelah dan salah
Kawatir tentu ada aku kecewa kamu juga sama
Lalu Kita akan menjadi aku dan kau
Sedih bahkan mungkin sampai tangis
Padahal masih bisa menjadi " KITA" kalau mau menerima apa adanya
TAK JELAS
Menusuk seribu pedang luka di dada
Darah air mata menjadi hujan
Belantara menunduk membiarkan angin lewat begitu saja
Desah kerinduan menjadi fosil batu
Tak ada yang datang siapa yang kau tunggu
Malam memagar pagi, pagi memagar siang, siang memagar sore
Dan hujan menghujam bumi berteriak kesakitan
Kemana air mengalir tak bergeming
Wangi kembang kematian
Mengisi rumah-rumah kosong
Lampu-lampu dipadamkan gelap menggulita
Akankah kembali terang setelah lampu dinyalakan
Kunang-kunang memberikan jawaban dengan kedipan yang semakin menjauh
BELUM WAKTUNYA BAHAGIA
Hari ini Bahagia telah pergi
Baru sesaat harapan tersandar
Atas janji, perhatian yang selama ini tertinggal
Ingin ku lepas dulu atas kecewa dan luka
Dan bersama menerima apa pun, atas cinta yang terlupa
ku hapus air mata menanti bahagia yang tertunda
Mau apa lagi kau kembali mengumbar
Atas kemarin yang sudah aku lupakan
Salah masa lalu dan bukan hanya punya ku
Menangis menghiba bukan sebuah jawaban
Masih kah aku percaya kerelaan dan ketulusan
Kalau selalu terulang saat jiwa mu tidak tenang
TERTIDUR AKU DALAM HARAPAN
Rumah ku ada di Padang terbuka tak ada pagar batas
Angin dan awan berkejaran mencari teduh kemana
Padahal rumah ku tak ada pagar batas
Sudah jauh kah langka mu meninggalkan kemarau dan hujan dulu
Wahai betapa aku menanti mimpi dalam sunyi menari nari melukis rindu yang telah berlalu
Kelip cahaya bulan berkedip kedip aku semakin terbenam
Dalan pelukaan harapan beginikah siksa rindu yang mendera
Apakah kehilangan menjadi sebuah kutukan
Sesuatu yang diangankan menjelma jadi kenyataan
Sungguh kalau memang obrolan kita hanya candaan
Biarkan senja terbenam tanpa keindahan
Pergi kalau memang ingin pergi jangan ragu
Jangan kau buat cerita bersayap
Yang akan semakin menajamkan perih dan duka tak berkesudahan
DUPA-DUPA
Asap mengepul
Aroma wangi merinding
Mulut komat Kamit
Sesayat perih
Tercabik luka
Hantarkan Sukma kembang melati
Belah lah gunung merindu
Kabut kabut menutup
Putih..... dingin......mata ku kabur
Hemmm... wangi dupa
Pergi dan tinggalkan semua
Jauh..... Jauhkan semua
Hilang...... hilangkan semua
Senyap..... senyapkan semua
Hanya aku sendiri
HARAPAN YANG TERTINGGAL
Sepenggal harapan tertinggal memenuhi pelataran berserakan
Dia tertawa sedih tersakiti menanti…….
Rasa dingin menggigil, candaan malam tak menghibur bintang
Diam murung, meredup membiarkan gelap membenamkan
Dia tak lagi bisa berkata, matanya menutup pelan kelelahan
Sepenggal harapan tertinggal memenuhi pelataran berserakan
Ada cerita terpenggal –penggal
Tentang suara yang tak terpadukan
Tentang hati yang tak terpautkan
Tentang genggaman tangan yang terlepaskan
Sepenggal harapan biarkan tertinggal
Tak usah diusik akan tambah berisik
Tidur dan lelapkan dalam mimpi –mimpi
Dia akan mengerti mimpi-mimpi mu
Di saat semuanya sudah berlalu
CINTA MEMBUAT KU LUKA
Bila nanti saatnya kau akan mengerti
Begitu dalam rasa cinta yang aku tanam
Meski kadang aku tercabik menahan rasa sakit sendiri
Hanya ingin melihat mu selalu bahagia
Aku Mencintai mu tak peduli apa pun
Terombang-ambing dalam ketidak pastian
Terhempas diterpa gelombang kecemburuan
dan terluka oleh kata-kata saat kamu tidak suka
Masih kah aku bertahan dengan cinta separuh jiwa
yang selalu berharap agar kau juga mencinta
Kadang aku marah dan malu pada diri ku sendiri
Mengejar cinta mu tak bertepi, tak terkendali
Aku memang tidak bisa lepas dari rasa cinta yang mendera
tapi luka-luka yang kau tebarkan tak mungkin terus aku rasakan terlalu sakit
Aku ingin pergi melupakan semua tentang kamu
Menghapus cerita-cerita yang pernah kita buat bersama
Biarkan aku bertarung dengan waktu, ku harap kau bahagia
Link Youtube
SYAIR PEDAMBA CINTA
Kalau lah saat ini senja belum memberi warna bukan berarti tak indah
Remang malam akan segera menghadirkan bintang
Mengharap mendung menahan diri, aku sedang menanti
Senyuman bidadari yang turun dari awan-awan putih
Wahai jiwa pengelana yang hampa
Menunggu berakhirnya waktu, tak tentu
Harapan yang aku tautkan pada ranting-ranting kering
Masih saja aku khayalkan sebuah keabadian
Senja aku duduk lagi menanti kamu hadirkan pelangi
Malam segera lah datang hadirkan syair kerinduan
akan aku pulaskan mimpi-mimpi tentang kamu
Sampai sajak-sajak kehabisan kata-kata cinta
JANGAN MENANGIS LAGI
Kamu hanya tertunduk lesu, dan selalu berharap
Masih yakin kah dengan segala pengorbanan yang tersia-sia
Senyum mu menebalkan guratan kesedihan yang tersembunyi
Kamu sungguh perkasa
Tak pernah aku lihat air mata menetes atau cerita tentang Padang gersang
Sungguh piawai kamu dalam merangkai kata indah menutup semua derita
Aku mengenal mu seperti melihat telaga biru sampai jauh ke dasarnya
Mata mu tak sebening saat kita menatap pelangi senja
Senyum mu tak selepas saat kita bergandeng melompat melewati sungai-sungai kecil
Kalau semua tak seperti yang diharapkan diam bukan sebuah jawaban
Bila memang harus menangis, menangislah
Biarkan pesona purnama wajah mu menghiasi langit
Awan – awan yang menutupnya akan turun menjadi hujan
Mengalir deras di sungai – sungai kecil yang kita lewati dulu
CINTA SUKA - SUKA
Memikirkan tentang apa sampai dahi berkerut-kerut
Kau bilang tak jadi datang mendung menggumpal kalau hujan kedinginan
Sebatas itu……….
Pernah suatu kali aku hadir saat gelombang menghantam dada bergoncang
Hanya untuk menghapus air mata yang sembab menangis semalaman
Cinta bukan keseimbangan tapi juga bukan suka-suka
Kadang mengebu-gebu sesaat itu tak mau tahu
Baru aku nikmati kebersamaan yang manis sebentar sangat sinis
Ingin ku tak ada awan yang menghalangi sinar bulan
Biar redup sinarnya mengikat hati untuk selalu bersama
Ingin ku tak ada hujan saat matahari pagi mulai bersinar
Biar kita bisa melangkah jauh
Dan di saat mata kita terpejam
Aku tenang, kamu senang, kita bahagia
HARAPAN YANG TERGANTUNG
Malam mengendap-endap melarung sepi pada ranting tak berdaun
Pagi sebentar lagi mengurai bayang diri mu yang semalam menggumpal dalam dekapan rindu
Di setiap pijakan langkah saat aku singgah masih ada senyum yang kau tinggalkan
Aku ingin segera menjemput remang petang menggegam lagi segala yang tertinggal
Menautkan pada angan mengumpulkan patahan rindu yang berserakan
Menjadi hamparan awan tempat rindu berkejaran menyatu sebelum turun menjadi hujan
Desir rintiknya menekuk hati berpagut pada harapan tergantung
Aku masih menunggu hadir mu meski gulita malam telah membuat samar
Aku Lupa kau Ada