blog-img

PUISI ASMARADHANA

Muhaimin,S.Pd.M.Si | Puisi | 02/02/2022

MEMUNGUT DARI YANG TERSISA

 

Terlalu malam ketika kau bangunkan untuk melihat bulan

Aku tertegun bulan sudah terbelah

Satu tertutup awan dan yang satu tenggelam direrumputan

Kau tuliskan semburat bulan tapi tak jelas

Sehingga kata-kata terkontaminasi menjadi racun yang bisa membunuh

Pedagang kaki lima marah pembeli hanya pandai menawar

Kuli bangunan marah sang mandor hanya memerintah dan ongkang-ongkang

Merah darah tak terbendung ketika jalan-jalan ditutup

Rongga dada dimampatkan ubun-ubun digedor-gedor dengan umpatan

Terhempas perahu putus talinya terombang ambing dilaut

Sampaikah dia di pulau impian ?

Siapa yang bisa mengambil bunga laut dan menanamnya dibatu-batu karang

Penghias senja mengusir jenuh siang malam melintang

Kau gelombang aku angin

Kau pasir aku air

Berpagut melawan arus

Ciptakan syair laut biru

 

 

LELAH

 

Maafkan hati ku

Kau terlalu lelah menemaniku

Aku yang selalu kalah dalam bertaruh

Pada perasaan dan cintanya yang semakin samar menjauh

Meninggalkan catatan rapuh, dia pergi tanpa ragu

 

Jangan Sedih hatiku

Catatan yang ditinggalkan biarkan terbuka

Duduk lah di sana temani kata – kata yang pernah terucap meski sendirian

Jangan menangis atau mengucap sumpah serapah,

lihatlah langit berkedip-kedip dan hujan akan diturunkan

basahi semua agar lelap mu menghapus luka

 

Maafkan hati ku

Aku pernah dulu mengabaikan suara ketukan hati

Untuk menjadi hening, bening embun menyejukan

dan sinar pagi menghangat kan hati yang terhempas gairah ombak menggerus bibir pantai

Rasanya sudah terlalu lama

Ku biarkan hati ku merintih sendiri

Menanti dan berharap waktu berbalik berputar

Tak mungkin

 

Link You tube : Lelah

 

TAK AKU TEMUKAN

 

Kali ini saja aku minta kau berhenti bermain main

Sudah waktunya melihat senyum telaga

Airnya jernih mengalir lembut membasahi bumi

Detak jantung mengalun lagu melankolis

Kicau burung tak lagi memberisikan

Aku bukan Adam  yang mencari Hawa dalam belantara duka

Yang tak ingin melihat kembang berguguran tanpa terjamah

Harum melati membuat serangga menjauh pergi

Hari ini tak ada lagi kematian

Pohon pohon sudah disemaikan

Kupu kupu kumbang serangga sudah dibangunkan

Lalu apa lagi yang diragukan

Diantara mereka aku hinggap

Sayang kembang yang kuharap masih terkubur dalam kefanaan

 

 

 

CINTA YANG KAU CAMPAKAN

 

Bila nanti untaian kata ini berbisik di telinga mu

atau seolah bergerincing seperti liontin di tangan mu

Cukup sudah hati ini kau lukai

Hamparan ego mu yang terbentang

Menggerus habis tunas yang kita semaikan

 

Kau telah meletakan duri tajam, pecahan kaca atau ranjau seperti jarum jam

Memaksakan sebentuk alasan yang bagi ku tak pernah terbayangkan

Bagaimana rasa ngilu kau tebarkan disetiap persendian

Tentang cinta yang semestinya tak kau dustakan

 

Biar lah rasa sakit ini terbaring sendiri

Kau mengira setelah itu rasa pilu akan berlalu, 

lalu pedih yang sempat menghampiri ku tak lagi menjelma 

Rasa ego mu terus kau umbar dengan rasa benci dan bangga

Membakar rasa kasih - cinta yang dulu begitu anggun

 

Tak perlu berpura sedih dan merasa bersalah

Ketika suara ketukan menyambut mu dengan senyuman

atau kata - kata mesra yang selalu kau harapkan, senyum lah bersamanya

Peluk lah hati mu dengan kebahagiaan cinta yang baru

Nanti kau akan mengerti sesuatu yang dulu...... sempat kau anggap irama tak bersuara merdu

 

DIRUANG MANA KITA BERADA

 

Tak tahu aku ketemu kamu

Lalu kau sebut aku dalam isyarat

Menerka tak butuh lama

Kita sama sama menuju ruang kosong

Tak berpenghuni

Diluar jendela udara usang saling berbincang

Berisik ingin mengusik

Kau tutup pintu jendela

Angin malam tak lagi menelisik

Kita sedang apa dan berada dimana

Laju lah  ke Palung Palung kedalaman

Suara hati terdengar bukan kepalsuan

 

MASIH BISA

 

Untuk mu yang tak tahu aku siapa

Sering bersama kita bergandeng melihat dengan pandangan yang sama

Berjalan dengan langkah yang sama

Bercakap dengan bahasa yang sama

Bersantap dengan rasa yang sama

Saling berbohong hanya untuk menjadi kita

 

Untuk mu yang tak tahu aku siapa

Ada perasaan lelah

Ada rasa salah

Beranikah kita bertatap untuk memeras lelah dan salah

Kawatir tentu ada aku kecewa kamu juga sama

Lalu Kita akan menjadi aku dan kau

Sedih bahkan mungkin sampai tangis

Padahal masih bisa menjadi " KITA" kalau mau menerima apa adanya

 

 

TAK JELAS

 

Menusuk seribu pedang luka di dada

Darah air mata menjadi hujan

Belantara menunduk membiarkan angin lewat begitu saja

Desah kerinduan menjadi fosil batu

Tak ada yang datang siapa yang kau tunggu

Malam memagar pagi, pagi memagar siang, siang memagar sore

Dan hujan menghujam bumi berteriak kesakitan

Kemana air mengalir tak bergeming

Wangi kembang kematian

Mengisi rumah-rumah kosong

Lampu-lampu dipadamkan gelap menggulita

Akankah kembali terang setelah lampu dinyalakan

Kunang-kunang memberikan jawaban dengan kedipan yang semakin menjauh

 

BELUM WAKTUNYA BAHAGIA

 

Hari ini Bahagia telah pergi

Baru sesaat harapan tersandar

Atas janji, perhatian yang selama ini tertinggal

Ingin ku lepas dulu atas kecewa dan luka

Dan bersama menerima apa pun, atas cinta yang terlupa

ku hapus air mata menanti bahagia yang tertunda

Mau apa lagi kau kembali mengumbar

Atas kemarin yang sudah aku lupakan

Salah masa lalu dan bukan hanya punya ku

Menangis menghiba bukan sebuah jawaban

Masih kah aku percaya kerelaan dan ketulusan

Kalau selalu terulang saat jiwa mu tidak tenang

 

TERTIDUR AKU DALAM HARAPAN

 

Rumah ku ada di Padang terbuka tak ada pagar batas

Angin dan awan berkejaran mencari teduh kemana

Padahal rumah ku tak ada pagar batas

Sudah jauh kah langka mu meninggalkan  kemarau dan hujan dulu

Wahai betapa aku menanti mimpi dalam sunyi menari nari melukis rindu yang telah berlalu

Kelip cahaya bulan berkedip kedip aku semakin terbenam

Dalan pelukaan harapan  beginikah siksa rindu yang mendera

Apakah kehilangan menjadi sebuah kutukan

Sesuatu yang diangankan menjelma jadi kenyataan

Sungguh kalau memang obrolan kita hanya candaan

Biarkan  senja terbenam tanpa keindahan

Pergi kalau memang ingin pergi jangan ragu

Jangan kau buat cerita bersayap

Yang akan semakin menajamkan perih  dan duka tak berkesudahan

 

 

DUPA-DUPA

 

Asap mengepul

Aroma wangi merinding

Mulut komat Kamit

Sesayat perih

Tercabik luka

Hantarkan Sukma kembang melati

Belah lah gunung merindu

Kabut kabut menutup

Putih.....  dingin......mata ku kabur

 

Hemmm... wangi dupa

Pergi dan tinggalkan semua

Jauh..... Jauhkan semua

Hilang...... hilangkan semua

Senyap..... senyapkan semua

 Hanya aku sendiri

 

 

HARAPAN YANG TERTINGGAL

 

Sepenggal harapan tertinggal memenuhi pelataran berserakan

Dia tertawa sedih tersakiti menanti…….

Rasa dingin menggigil, candaan malam tak menghibur bintang

Diam murung,  meredup membiarkan gelap membenamkan

Dia tak lagi bisa berkata, matanya menutup pelan kelelahan

 

Sepenggal harapan tertinggal memenuhi pelataran berserakan

Ada cerita terpenggal –penggal

Tentang suara yang tak terpadukan

Tentang hati yang tak terpautkan

Tentang genggaman tangan yang terlepaskan

 

Sepenggal harapan biarkan tertinggal

Tak usah diusik akan tambah berisik

Tidur dan  lelapkan dalam mimpi –mimpi

Dia akan mengerti mimpi-mimpi mu

Di saat semuanya sudah berlalu

 

CINTA MEMBUAT KU LUKA

 

Bila nanti saatnya kau akan mengerti

Begitu dalam rasa cinta yang aku tanam

Meski kadang aku tercabik menahan rasa sakit sendiri

Hanya ingin melihat mu selalu bahagia

Aku Mencintai mu tak peduli apa pun

Terombang-ambing dalam ketidak pastian

Terhempas diterpa gelombang kecemburuan

dan terluka oleh kata-kata saat kamu tidak suka

Masih kah aku bertahan dengan cinta separuh jiwa

yang selalu berharap agar kau juga mencinta

Kadang aku marah dan malu pada diri ku sendiri

Mengejar cinta mu tak bertepi, tak terkendali

Aku memang tidak bisa lepas dari rasa cinta yang mendera

tapi luka-luka yang kau tebarkan tak mungkin terus aku rasakan terlalu sakit

Aku ingin pergi melupakan semua tentang kamu

Menghapus cerita-cerita yang pernah kita buat bersama

Biarkan aku bertarung dengan waktu,  ku harap kau bahagia

 

Link Youtube

 

SYAIR PEDAMBA CINTA

 

Kalau lah saat ini senja belum memberi warna bukan berarti tak indah

Remang malam akan segera menghadirkan bintang

Mengharap mendung menahan diri, aku sedang menanti

Senyuman bidadari yang turun dari awan-awan putih

 

Wahai jiwa pengelana yang hampa

Menunggu berakhirnya waktu, tak tentu

Harapan yang aku tautkan pada ranting-ranting kering

Masih saja aku khayalkan sebuah keabadian

 

Senja aku duduk lagi menanti kamu hadirkan pelangi

Malam segera lah datang hadirkan syair kerinduan

akan aku pulaskan mimpi-mimpi  tentang kamu

Sampai sajak-sajak kehabisan kata-kata cinta

 

JANGAN MENANGIS LAGI

 

Kamu hanya tertunduk lesu, dan selalu berharap

Masih yakin kah dengan segala pengorbanan yang tersia-sia

Senyum mu menebalkan guratan kesedihan yang tersembunyi

Kamu sungguh perkasa

Tak pernah aku lihat air mata menetes atau cerita tentang Padang gersang

Sungguh piawai kamu dalam merangkai kata indah menutup semua derita

Aku mengenal mu seperti melihat telaga biru sampai jauh ke dasarnya

Mata mu tak sebening saat kita menatap pelangi senja

Senyum mu tak selepas saat kita bergandeng melompat melewati sungai-sungai kecil

Kalau semua tak seperti yang diharapkan diam bukan sebuah jawaban

Bila memang harus menangis, menangislah

Biarkan pesona purnama wajah mu menghiasi langit

Awan – awan yang menutupnya akan turun menjadi hujan

Mengalir deras di sungai – sungai kecil yang kita lewati dulu

 

 

CINTA SUKA - SUKA

 

Memikirkan tentang apa sampai dahi berkerut-kerut

Kau bilang tak jadi datang mendung menggumpal kalau hujan kedinginan

Sebatas itu……….

Pernah suatu kali aku hadir saat gelombang menghantam dada bergoncang

Hanya untuk menghapus air mata yang sembab menangis semalaman

Cinta bukan keseimbangan tapi juga bukan suka-suka

Kadang mengebu-gebu sesaat itu tak mau tahu

Baru aku nikmati kebersamaan yang manis sebentar sangat  sinis

Ingin ku tak ada  awan yang menghalangi sinar bulan

Biar redup sinarnya mengikat hati untuk selalu bersama

Ingin ku tak ada hujan saat matahari pagi mulai bersinar

Biar kita bisa melangkah jauh

Dan di saat mata kita terpejam

Aku tenang, kamu senang, kita bahagia

 

HARAPAN YANG TERGANTUNG

 

Malam mengendap-endap melarung sepi pada ranting tak berdaun

Pagi sebentar lagi mengurai bayang diri mu yang semalam menggumpal dalam dekapan rindu

Di setiap pijakan langkah saat aku singgah masih ada senyum yang kau tinggalkan

Aku ingin segera menjemput remang petang menggegam lagi segala yang tertinggal

Menautkan pada angan mengumpulkan patahan rindu yang berserakan

Menjadi hamparan awan tempat rindu berkejaran menyatu sebelum turun menjadi hujan

Desir rintiknya menekuk hati berpagut pada harapan tergantung

Aku masih menunggu hadir mu meski gulita malam telah membuat samar

 

 

Aku Lupa kau Ada

 

Kategori Seni Budaya

Populer