blog-img

LEPASKAN STRES DENGAN OLAH PIKIR SISTEMATIS – RESPONSIF

Muhaimin S.Pd | Populer | 07/04/2022

Perasaan cemas, takut, tertekan, dendam, menyalahkan, tidak menerima keadaan membuat seseorang tidak lagi bisa berpikir secara sistematis dan hanya menggunakan respon negatif untuk menenangkan dirinya tindakan – tindakan yang dilakukan semakin membuat mereka menjadi tidak bisa tenang mengapa ? kecenderungan  cara yang digunakan hanya untuk mengelabuhi diri sendiri misalnya :

1. Makan berlebihan atau kehilangan nafsu makan.

2. Menghabiskan waktu yang tidak bermanfaat.

3. Mengisolasi diri dan menjauhi orang-orang tersayang

4. Mengonsumsi obat penenang.

5. Menghabiskan waktu hanya untuk tidur.

7. Menunda-nunda pekerjaan.

8. Memilih lari dari penyebab stres dan tidak menyelesaikannya.

9. Melampiaskan stres kepada orang yang tak bersalah dengan melakukan kekerasan, marah-marah, dan sejenisnya

10. Secara ilmiah tekanan- tekanan penyebab stres menstimulus otak untuk melakukan tindakan-tindakan tersebut.

Cara pelampiasan stres yang dilakukan cenderung memperparah  dan memang sulit dikendalikan.

Mengapa  ?

Perumpamaan Otak Menggunakan Tangan

 

Otak pada umumnya berukuran lebih-kurang sebesar dua kepal tangan Bapak/Ibu sendiri. Pergelangan tangan diumpamakan sebagai batang otak, jempol yang disembunyikan dalam 4 jemari lainnya diumpamakan sebagai sistem limbik (amigdala), dan 4 jemari lain sebagai otak berpikir atau otak luhur (neocortex).

Otak Reptil

Batang otak mengelola semua otomatisasi dan reflek di tubuh demi kelangsungan hidup kita, sehingga mampu mengkonservasi energi yang digunakan otak. Bagian otak ini mengotomatisasi kerja organ dalam tubuh, seperti: jantung, hati, paru-paru, dan lain-lain yang terkait dengan sistem pernapasan, metabolisme, reproduksi, hormon, suhu tubuh, bertahan hidup seperti: refleks untuk fight, flight, freeze (melawan, kabur, diam), melindungi dari bahaya. Bagian otak ini selalu menganggap semua adalah ancaman hingga terbukti aman. Bagian otak ini menyerupai otak Reptil.

Otak Mamalia

Sistem limbik (amigdala) yang menyerupai otak Mamalia ini, bertanggung jawab soal emosi. Bagian otak ini adalah pusat emosi (takut, sedih, marah, senang, jijik, terkejut, dan lin-lain), bertanggungjawab atas dinamika hormon dan sistem kekebalan tubuh. Letaknya begitu dalam di otak kita sehingga seringkali mampu mengambil alih kendali diri seseorang. Terlukanya perasaan jauh lebih sakit dan lama sembuhnya ketimbang luka fisik biasa. Otak Mamalia tersebut juga memiliki kecenderungan alamiah yang sama dengan Otak Reptil yaitu: sebanyak mungkin mengkonservasi energi melalui otomatisasi, auto pilot. Dalam gambar perumpamaan tangan di atas, jika ibu jari yang menggambarkan otak mamalia pengelola emosi dibiarkan mengambil kendali, dibiarkan lepas, dan keluar dari persembunyiannya di dalam 4 jemari yang lain, maka 4 jemari pun akan dipaksa membuka, keadaan ini menggambarkan keadaan otak luhur yang tidak dapat bekerja, tidak dapat aktif.

Otak Berpikir (Otak Luhur – Otak Primata)

Otak berpikir terdiri dari otak Primata (bagian gerak kompleks, rekayasa penggunaan alat) yang berada dalam satu kesatuan dengan otak manusia, otak luhur, atau neocortex. Otak ini mengelola kemampuan berpikir (logis, rasional, terstruktur), kemampuan berbahasa, perencanaan dan pemecahan masalah, berimajinasi (mengenai masa depan, visi). Otak ini memang bertugas untuk berpikir strategis, kreatif, metakognitif. Ini merupakan kekuatan, namun karena kerja itu semua memakan banyak sekali energi, maka hal ini pun sekaligus menjadi kelemahan. Jadi, di sini perlu diingat bahwa secara alamiah kita mempunyai kecenderungan untuk mengkonservasi energi. Insting kita akan lebih cepat bereaksi dan mengklasifikasikan sesuatu sebagai ancaman, ketimbang harus menganalisanya terlebih dahulu apakah benar itu adalah ancaman. Kabar baiknya, otak manusia memiliki kemampuan untuk belajar. Tidak statis tapi elastis. Dengan demikian, penggunaan sistem berpikir lambat, penggunaan otak luhur (manusia) dapat kita pelajari agar tidak begitu saja memperkenankan sistem berpikir cepat (otak Reptil dan Mamalia) mengambil alih kendali diri kita

Atasi Stress dengan Olah pikir Sistematis - Responsif

Stres memicu reaksi berantai pada otak. Ketika mengalami stres, tubuh memproduksi lebih banyak kortisol. Hormon ini berfungsi mengatur metabolisme, gula darah, tekanan darah, dan berbagai fungsi lainnya yang berkaitan dengan respons terhadap stres.

Kadar hormon kortisol yang terlalu tinggi berdampak buruk bagi otak. Hormon ini dapat mengganggu pengiriman sinyal antarsel, membunuh sel otak, serta menyusutkan area otak yang disebut korteks prefrontal. Ini adalah area yang berperan dalam ingatan dan proses belajar.

Stres berkepanjangan juga bisa memperbesar ukuran amigdala, yakni bagian otak yang mengatur respons terhadap emosi serta mengendalikan perilaku agresif. Pembesaran amigdala membuat otak lebih mudah terpengaruh oleh stres.

Ada langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan neuroplastisitas otak dan mengurangi dampak stres. Berikut di antaranya.

1. Aktif bergerak

Aktivitas fisik setidaknya 10 menit sehari akan memicu produksi endorfin. Hormon ini menimbulkan rasa bahagia serta meningkatkan mood dan konsentrasi. Tidak hanya tubuh, otak pun akan terpacu untuk bekerja ketika Anda aktif berolahraga.

2. Makan makanan bergizi seimbang

Otak Anda membutuhkan energi dan nutrisi agar bisa bekerja dengan optimal. Penuhi kebutuhan tersebut dengan mengonsumsi sumber karbohidrat kompleks, buah dan sayuran kaya vitamin dan mineral, serta makanan yang baik untuk otak.

3. Tidur dengan cukup

Otak merupakan organ tubuh yang paling banyak bekerja, dan tidur adalah kesempatan yang baik untuk mengistirahatkannya. Selain itu, kurang tidur juga bisa meningkatkan produksi kortisol. Cukupi kebutuhan istirahat Anda dengan tidur selama 7-8 jam sehari.

4. Kelola stres

Stres tidak bisa dihindari. Namun, Anda dapat mengelola stres agar tidak mengubah bentuk otak atau menyebabkan kerusakan lainnya. Metode yang kerap digunakan untuk mengelola stres antara lain meditasi, teknik pernapasan, atau beristirahat.

5. Sosialisasi dengan teman

Interaksi sosial meningkatkan hormon pemicu rasa bahagia dan menurunkan kortisol. Saat bersosialisasi, Anda juga berkomunikasi, berpikir, dan belajar. Semua ini berguna untuk otak yang sedang memulihkan diri dari stres.

Stres adalah suatu hal yang wajar dalam hidup. Stres bermanfaat untuk meningkatkan kewaspadaan sehingga Anda sigap menghadapi situasi penuh tekanan. Perubahan yang terjadi saat stres bahkan dapat membuat Anda menjadi lebih produktif.

 

 

[sumber: http://www.whatonearthishappening.com/part-1-the-solution/65-the-triune-brain]

Kategori Artikel

Populer






footer_logo

2022 © copyright by Aimin Publicize.
All rights reserved.

Tentang Kami
Aimin Publicize adalah wadah publikasi bagi Insan kreatif dapat berupa artikel populer ataupun ilmiah, Karya Seni Sastra puisi, cerpen, novel dan kata – kata motivasi, disamping itu Aimin Publicize juga memuat berita – berita terkini yang inspiratif. Bagi yang membutuhkan dokumen – dokumen untuk menunjang tugas guru, kepala sekolah dan pengawas Aimin Publicize menyediakan ruang di dalamnya. Aimin Publicize menerima pembaca yang akan mempublikasikan berita, karya ilmiah atau pun Karya Seni dapat di kirim ke aiminpublicize@gmail.com
Hubungi Kami

Email : aiminpublicize@gmail.com
Whatsapp : +62 815 6924 757