blog-img

Tuntunan dan Tuntutan dalam Keseimbangan Jiwa

Muhaimin,S.Pd.M.Si | Populer | 22/10/2025

Dalam perjalanan hidup manusia, ada dua arus besar yang saling menautkan,  tuntunan dan tuntutan. Dua hal yang tampak berlawanan ini sesungguhnya merupakan dua sisi dari satu koin yang sama penyerta perjalanan manusia dalam mencari makna keberadaannya di dunia.

Tuntunan adalah bisikan lembut dari dalam jiwa, ia bukan datang dari luar, melainkan dari kesadaran terdalam manusia yang memancar dari hati yang bening. Seperti ajaran Socrates yang mengatakan “Kenalilah dirimu”, tuntunan adalah jalan sunyi menuju pengenalan diri. Saat seseorang menyadari ketidaktahuannya, ia membuka ruang untuk belajar, merenung, dan menemukan cahaya kebijaksanaan di antara gelapnya kebingungan. Dalam ajaran leluhur Nusantara, hal ini sejalan dengan falsafah “urip iku mung mampir ngombe” hidup hanyalah persinggahan yang menuntun manusia untuk senantiasa eling (ingat) dan waspada terhadap arah langkahnya.

Sementara itu, tuntutan adalah panggilan dunia yang mendorong manusia untuk bergerak, berjuang, dan bertahan. Ia lahir dari kehendak dan daya cipta untuk membangun kehidupan yang layak. Dalam pandangan filsafat eksistensialisme, manusia adalah makhluk yang “terlempar” ke dunia tanpa petunjuk bawaan, sehingga ia harus menciptakan maknanya sendiri melalui tindakan. Tuntutan adalah wujud nyata dari kebebasan itu, dorongan untuk berpengetahuan, berketerampilan, dan berkompetisi agar tetap hidup. Dalam bahasa para leluhur, ini serupa dengan pepatah “sopo nandur bakal ngunduh” siapa yang menanam, dialah yang akan menuai.

Namun, bila tuntutan tak diimbangi dengan tuntunan, manusia mudah kehilangan arah, ia mungkin menjadi pandai namun kehilangan kebijaksanaan, cepat dalam bertindak, tetapi dangkal dalam merasa. Sebaliknya, jika hanya berpegang pada tuntunan tanpa memenuhi tuntutan hidup, manusia bisa tenggelam dalam pasrah yang keliru, menjadi penonton di panggung dunia yang menuntut keterlibatan.

Kehidupan yang harmonis lahir dari pertemuan keduanya, tuntunan menuntun hati untuk tetap jernih di tengah ambisi, sedangkan tuntutan meneguhkan langkah agar tidak terhenti oleh keraguan. Seperti yin dan yang dalam filsafat Tiongkok, keduanya saling mengisi, membentuk keseimbangan antara batin dan tindakan.

Leluhur kita memahami hal ini dalam prinsip “sepi ing pamrih, rame ing gawe” tidak haus pujian, namun giat bekerja. Sebuah falsafah yang merangkum keseimbangan antara dunia dalam dan dunia luar. Di satu sisi, manusia harus mendengar suara batin, menjaga hati dari keangkuhan sedangkan di sisi lain, ia tetap wajib berikhtiar, menata hidup dengan kerja keras dan ilmu pengetahuan.

Akhirnya, hidup bukan semata soal memilih antara tuntunan atau tuntutan, hidup adalah seni menautkan keduanya menghadirkan hati dalam kerja, dan menghadirkan kerja dalam doa. Dalam keseimbangan itu, manusia menemukan ketenangan yang sejati,  bukan karena segala hal berjalan sesuai kehendaknya, tetapi karena ia telah menyatu dengan irama semesta yang mengajarinya untuk tahu kapan berjalan, dan kapan berhenti untuk mendengar bisikan jiwanya sendiri.

Kategori Artikel

Populer






footer_logo

2022 © copyright by Aimin Publicize.
All rights reserved.

Tentang Kami
Aimin Publicize adalah wadah publikasi bagi Insan kreatif dapat berupa artikel populer ataupun ilmiah, Karya Seni Sastra puisi, cerpen, novel dan kata – kata motivasi, disamping itu Aimin Publicize juga memuat berita – berita terkini yang inspiratif. Bagi yang membutuhkan dokumen – dokumen untuk menunjang tugas guru, kepala sekolah dan pengawas Aimin Publicize menyediakan ruang di dalamnya. Aimin Publicize menerima pembaca yang akan mempublikasikan berita, karya ilmiah atau pun Karya Seni dapat di kirim ke aiminpublicize@gmail.com
Hubungi Kami

Email : aiminpublicize@gmail.com
Whatsapp : +62 815 6924 757