Kajen, 20 Februari 2022, Paradigma baru mewujudkan sekolah merdeka belajar bukan hanya slogan tapi sebuah tekad dan kesadaran yang ditumbuhkan dan di gelorakan dari bawah yaitu guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan seluruh praktisi pendidikan. Pembekalan fasilitator CGP angkatan 6 dan 7 yang diikuti oleh 258 dari berbagai provinsi yang dilaksanakan dari tanggal 9 Februari 2022 sampai dengan 22 Februari 2022 secara virtual, serasa menikmati kopi pahit, panas, tapi ada sensasi nikmat maka secara pelan – pelan saja nikmati sensasi rasannya dan akhirnya muncul kalimat “ Wouw….. luar biasa saya siap mengawal perubahan paradigma pendidikan sesuai dengan pemikirian filosofi Kihajar Dewantara.
Sruput Pelan Nikmati Sensasi Rasa
Materi pembekalan calon fasilitator guru penggerak kalau dilihat bagaikan setumpuk buku ada perasaan malas menyentuhnya, materi pada modul satu Paradigma dan Visi Guru Penggerak, modul dua Praktik Pembelajaran yang Berpihak pada Murid, dan modul tiga Pemimpin Pembelajaran dalam Pengembangan Sekolah, pelaksanaan kegiatan hari pertama ada kesan berat, penat, bingung ini disebabkan kegiatan yang begitu padat di mulai dari jam 07.00 sampai jam 18.00 belum tugas mandiri, yang dominan peserta belum familiar dengan alur kegiatan menggunakan LMS. Secara pelan peserta menikmati alur dan sensai rasa kegiatan, materi dalam modul menimbulkan daya tarik membangkitkan semangat untuk terus belajar dan rasa penasaran tanpa disuruh peserta belajar mandiri rasa tak sabar ingin tahu ada apa setelah ini begitu seterusnya...
Alur Merdeka Penambah Rasa
Materi yang harus di kuasai oleh peserta pembekalan calon fasilitator CGP angkatan 6 -7 tidak lagi menjadi pahit lagi rasa bosan, jenuh, pikiran lemot telah hilang dengan model alur merdeka, model ini mengantarkan materi pada bentuk pemahaman dan aplikasi konsep pengetahuan dalam satu alur.
Alur Merdeka
Sensasi Rasa Untuk Semua
Peserta pembekalan calon fasilitator guru penggerak angkatan 6 – 7 beragam baik usia ataupun gender tidak ada dominasi, jenjang sekolah juga mulai dari TK sampai SMA , seleksi yang ketat membuktikan bahwa kompetensi tidak dipengaruhi oleh gender, faktor usia.Perbedaan maupun jenjang sekolah, beragamnya peserta akan semakin memperkaya pemahaman tentang karakter untuk bisa saling memberi dan menerima, perdebatan dalam konteks mencari pemahaman bersama menambah wawasan keilmuan, Nah… ada yang berbeda yang semakin bermakna, Bpk. Sunaryo pengawas dari dinas pendidikan kab. Purworejo gairah belajarnya tidak kendor dan pupus pada usia – usia menjelang akhir masa pengabdian pemikirannya masih jernih pengalaman yang kompleks dan panjang memberi warna dalam forum diskusi, gaya bicara yang pelan, tandas memberi rasa keteduhan dan kenyamanan dalam kebersamaan belajar bersama mencari titik temu dalam perbedaan, di sisi lain ibu Puji Handayani Pengawas Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah peserta yang usianya di bawah rata – rata di setiap sesi diskusi penyampaian pendapat lugas dan tuntas dasar argumen valid ter-update gaya narasi dan pemilihan diksi enak didengar begitu sistematis, perbedaan generasi dengan segala perbedaan akhirnya menjadi sama yaitu ingin berperan dan terlibat dalam perubahan paradigma pendidikan di Indonesia.
Empat Belas Hari Ketemu di Ruang Virtual
Sensasi Rasa Masih Terasa Ingin Segera Berkiprah
Seluruh rangkaian pembekalan calon fasilitator guru penggerak angkatan 6 – 7 terlewati, pengetahuan, pemahaman perubahan paradigma merdeka belajar terserap menjadi referensi yang terbaca dari ucap dan tergambar dalam sikap, kehendak yang kuat untuk segera menggerakan guru – guru menjadi agen perubahan meng-emong murid sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman dan mengantarkannya pada jenjang ke emasan. Salam perubahan, tekad terus bergerak dan siap menggerakan.