blog-img

Gadis Itu Bernama Pratiwi

Muhaimin,S.Pd.M.Si | Cerpen | 18/09/2023

Pratiwi masih meracau kata-kata yang keluar dari mulutnya membuat orang-orang berdecak dan geleng kepala, kadang orang gelak tertawa seperti kejadian sore itu Pratiwi bertingkah bagai seorang brahmana berpetuah tentang hidup

" wong urip ojo ngugemi karepe dewe, amergo durung mesti ati iki resik lan lurus godo donyo nyebabke wong podo gelut ngrebutake seng sakjane mung kantong kosong, angin mung angin ilang......... "  Pratiwi berdiri di atas dipan  kedua tangganya menangkup di dada matannya terpejam suarannya berwibawa setelah selesai berbicara Pratiwi turun dilihatnya orang-orang yang rame berjubel menjadikan Pratiwi tontonan yang menghibur, dia berjalan ringan secara cepat tanganya memegang dan menarik salah seorang sampai terjerembab tersungkur semua melihat dengan perasaan takut, Pratiwi berdiri persis didepan orang tersebut

" kau Kamto sudah terlalu banyak dosa yang kamu perbuat, eling usia mu sudah mendekati tua makannya sampai sekarang kamu belum laku kawin " ucap Pratiwi membuat Kamto semakin kaget dia berusaha untuk bangun berbalik ambil langkah kabur tapi siapa sangka tangan Pratiwi lebih cepat memegang tanganya dan menariknya kembali

“ diam dan tetap ditempat kamu boleh pergi setelah saya persilahkan pergi “ Kamto diam tidak berani melakukan apa pun kata – kata Pratiwi seperti membawa aura yang menakutkan sedangkan orang-orang yang berjubel semakin penasaran menunggu apa lagi yang akan dilakukan Pratiwi

“ kalau kamu pengin laku kawin, hilangkan kebiasaan buruk mu yang suka mengintip orang mandi disungai lalu kau curi pakain dalamnya “ Pratiwi bicara sambil berjalan memutari Kamto yang semakin blingsatan  ingin sebenarnya dia segera pergi tapi takut Pratiwi akan melakukan tindakan yang lebih parah.

“ hai mengapa pada tertawa !, apa kalian semua lebih baik dari Kamto, banyak dari kalian yang punya perilaku lebih bejad dari Kamto dan selama ini kalian sembunyikan dengan sikap santun, bicara manis semanis madu, pakaian sok agamis “ Nada bicara Pratiwi meninggi kepalanya memutar dengan sorot mata tajam menusuk riuh tawa pun langsung hening, orang-orang semakin was-was khawatir, Pratiwi sepertinya terganggu dan marah dengan orang-orang yang tertawa karena dia tahu mereka banyak yang munafik sering merendahkan, mentertawakan tanpa mau melihat dirinya seperti apa. Pratiwi gadis yang baru tumbuh  berusia 18 tahun  wajahnya menggemaskan , ayu sangat mempesona mengundang banyak pemuda menaruh hati untuk mendapatkan cintanya tapi sayang Pratiwi tak tergoyahkan hatinya kekeh pada kekasih dambaan hati yang telah mengikat hati dan perasaan.

“ Bener nduk ! kamu sudah mantap dengan Darmoyo untuk menjadi suami mu “ ucap pak Samhudi datar , Pratiwi menoleh sekejap memastikan bahwa jawabannya tidak akan membuat ayahnya marah

“ Ayah si… setuju siapa pun pemuda yang kamu pilih asal kamu bahagia “  mendengar ucapan ayahnya Pratiwi tersenyum memeluk ayahnya yang selama ini sangat dia kagumi dan sayangi seorang ayah yang bagi Pratiwi sosok  tak tergantikan, dipeluk erat oleh anak kesayangannya membuat hati Samhudi tersiksa “ Tak boleh kau tak akan aku ijinkan menikah dengan Darmoyo “ bisik hatinya, cukup beralasan Samhudi tidak ingin anak kesayangannya menikah dengan Darmoyo Pemuda sebatang kara dengan kehidupan apa adanya “ aku pun tak ingin anak ku sedih dan tahu kalau aku tidak merestui hubungan mereka “. Samhudi memeluk hangat penuh sayang seolah-olah memberikan kemantapan pada Pratiwi akan cintanya dengan Darmoyo sambil terus memutar otak mencari cara bagaimana memisahkan cinta keduanya.

**

Dikelilingi pohon-pohon besar terletak di atas bukit terjal di situlah rumah mbah Roso tak banyak yang tahu kalau mbah Roso orang pinter yang punya ilmu linuwih, rumahnya hanya sekedar bilik beratap rumbia orang segan untuk datang pada nya disamping susah ditemui juga kadang-kadang njleneh tidak jelas  syarat yang diminta agar permintaannya dikabulkan walaupun begitu tidak mengurangi niat pak Samhudi untuk meminta pertolongan agar Pratiwi bisa melupakan Darmoyo. Matahari sudah sepenggal meninggalkan awal peredaran udara yang tadinya segar kini sedikit panas pak Samhudi menyeka keringat yang mengalir deras diwajah dia duduk di papan kayu ala kadarnya yang tergeletak didepan rumah mbah Roso diam tak berani melakukan apa pun takut mbah roso tak berkenan dan tak mau menemui dirinya setelah menunggu beberapa saat suara deheman mengejutkannya :

“ Kalau yang kau mau hanya sekedar Pratiwi melupakan perkara gampang “ Mbah Roso berkata sekenanya aneh siapapun yang datang padanya sebelum mengungkapkan maksud yang diinginkan mbah Roso sudah tahu terlebih dahulu.

“ perlu kamu tahu Samhudi sampai saat ini aku belum bisa menembus aura yang memagari Darmoyo nampaknya anak itu mempunyai ilmu linuwih dan dilindungi sosok leluhur yang begitu kuat “ Suara mbah Roso agak berat dia berjalan hilir mudik di depan Samhudi yang diam tak berani bicara.

“ Aku akan membuka hati dan meniupkan aroma kembang kantil agar mahluk – mahluk ku tahu bahwa pratiwi masuk dalam kuasa ku mereka secara bergilir akan datang menjaga dan melindungi tubuh Pratiwi “ Kali ini mbah Roso berucap sambil memperhatikan ekspresi wajah Samhudi dia bisa tahu hati Samhudi ada kekawatiran

“ Sana pulang dan tak usah datang minta bantuan ku kalau masih ragu “  Suara keras mbah Roso membuat Samhudi kaget terperanjat spontan dia turun duduk bersilah wajahnya tengadah memelas.

“ Maaf mbah saya mantap minta bantuan mbah “ suaranya lirih penuh dengan harapan kedua tanganya menangkup di depan dada

“ air ini nanti minumkan, aroma bunga kantil ini taruh di empat pojok rumah dan bungkusan kain putih tanam di depan rumah “ Mbah Roso berdiri menyerahkan semua syarat dalam sebuah bungkusan lalu masuk ke rumah begitu saja, Samhudi berdiri mematung dengan bungkusan di tangan.

“ Nunggu apa lagi segera pulang dan lakukan seperti yang saya katakan “ Suara mbah Roso terdengar sangat keras walaupun orangnya tidak kelihatan. Samhudi bergegas pulang sesampai di rumah langsung melakukan apa yang diperintakan mbah Roso.

Sejak saat itulah berbagai kejadian aneh terjadi pada Pratiwi Samhudi sudah berusaha menemui mbah Roso untuk meminta bantuan beberapa kali dia kerumahnya tak pernah ketemu tidak hanya itu Samhudi berusaha mencari orang – orang pintar untuk mengobati Pratiwi agar kembali seprti semula hasilnya sia-sia tetap pada saat- saat tertentu Pratiwi bertingkah aneh dan kadang tak terkendali.

***

Darmoyo berusaha melepaskan Pratiwi dia tidak ingin terlibat jauh dengan keadaan Pratiwi sekarang, kabar miring tentang dirinya yang telah membuat Pratiwi dalam keadaan tidak wajar semakin membulatkan hatinya untuk pergi jauh melupakan Pratiwi, kelelahan seharian bekerja di ladang Darmoyo melepas lelah menyandarkan tubuhnya pada pohon Randu matanya terpejam menahan perih hatinya tercabik oleh peristiwa-peristiwa yang menyudutkan dirinya dia diam tak mau bereaksi keras walaupun dia mampu melakukannya.

“ kau masih bertahan dengan keras hati mu nak ! “ suara itu mengagetkan Darmoyo, dia mendorong pantatnya agar duduk sempurna, nampak dihadapannya paman Kertanu

“ apa peduli ku paman Pratiwi bukan apa-apa bagi ku sekarang “ Darmoyo bertahan walau dalam ucapanya ada kesenduan

“ ha….ha….. jangan kau bohongi hatimu, kamu sampai sekarang masih mencintai Pratiwi kalau kamu terlalu lama diam dan membiarkan Pratiwi seperti itu kau akan menyesal sampai akhir hidup mu “ paman kertanu memegang pundak Darmoyo memantapkan hatinya untuk segera bertindak.

“ bagi mu perkara yang mudah mengembalikan Pratiwi seperti keadaan semula apalagi mbah Roso telah membiarkan mahluk-mahluknya berpesta pora memainkan jasad Pratiwi, tapi ingat kalau keadaan ini dibiarkan lama Pratiwi bisa gila dan sulit disembuhkan “ paman Kertanu terus menekan agar Darmoyo segera melakukan tindakan menyelamatkan Pratiwi

“ sekarang Pratiwi di bawah ke rumah Jamani si dukun Cabul, kamu masih akan tetap diam ? “  Darmoyo terperanjat mendengar ucapan Jamani dia tahu apa yang akan dilakukan jamani pada Pratiwi. Darmoyo tanganya mengepal, rahangnya mengeras matanya membuka lebar jelas dia tak akan tinggal diam.

“ ha… ha… apa kata paman perasaan cinta jangan dipendam akan sakit “ ucapan paman kertanu menggoda Darmoyo

“ saya akan ke rumah Jamani paman sebelum hal buruk terjadi pada Pratiwi “ Darmoyo berusaha berdiri tapi tangan paman Kertanu menahan untu tetap duduk tenang

“ aku tahu kamu akan dengan mudah mengalahkan Jamani dukun cabul picisan, sekarang belum saatnya mata batin ku melihat Pratiwi baru tiba di rumah Jamani diantar bapak ibunya  saat ini rumah Pratiwi kosong kita bisa main-main sama mahluk-mahluk peliharaan si mbah Roso saatnya kita bersih-bersih “ tanpa menuju persetujuan Darmoyo paman Kertanu menarik tangan Darmoyo keduannya berjalan melayang menuju rumah Pratiwi.

***

Rumah Jamani terbuat dari kayu jati kokoh halamannya luas bagian pendopo depan beralaskan lempengan jati tebal pilar-pilar penyangga rumah kokoh dan besar, benar-benar rumah yang bagus. Kedatangan Pratiwi sudah di tunggu Jamani di pendopo rumah senyumnya menyeringai matanya jelalatan menelanjangi tubuh Pratiwi yang terbungkus kebaya nampak begitu Ayu.

“ walah.. nduk Pratiwi paman sudah lama menunggu untuk segera menyembuhkan dirimu dari guna –guna yang dibuat Darmoyo “ ucap Jamani sambil terus memandangi tubuh Pratiwi tanpa berkedik, Pratiwi merasa risih membungkukan badan untuk menutup bagian tubuh yang terus dilihat oleh Jamani.

“ guna-guna dari Darmoyo ini begitu kuat untuk menghilangkannya di butuhkan waktu 2 sampai 3 hari  untuk itu Pratiwi harus tinggal di sini “ ucapannya Jamani membuat bulu kuduk Pratiwi berdiri dia takut Jamani akan melakukan tindakan tidak senonoh pada dirinya

“ apa tidak bisa di obati sekarang dan besok tak bawa lagi kesini “ dari ucapan pak Samhudi ada kekawatiran pada anaknya

“ kalau pengin sembuh ya… seperti yang saya katakan tadi kalau tak mau silahkan Pratiwi bawa pulang “ ucapan Jamani membuat Samhudi dan istrinya saling tatap mereka dihadapkan pada pilihan sulit dalam keadaan seperti pikiran warasnya pun jadi hilang

“ iya saya akan menitipkan Pratiwi di sini untuk disembuhkan “ ucapan pak Samhudi membuat Pratiwi berdiri dan berusaha lari secepat itu pula dua orang penjaga rumah jamani memegangnya, Jamani berjalan pelan mendekat membawa segelas air di siramkan pada wajah dan kepala Pratiwi langsung Pratiwi lunglai tak sadarkan diri.

“ bawa masukan ke bilik utama “ perintah jamani kepada kedua penjaganya dan dia bergegas menemui kedua orang tua Pratiwi setelah berbincang sebentar kedua orang Pratiwi keluar meninggalkan rumah dukun Jamani.

 

***

Sesampai di rumah pak Samhudi bernafas lega rumah yang selama ini di tempate terasa sangat nyaman, sejuk, merasa kelelahan dihempaskan tubuhnya pada balai-balai di belakang rumah, dia tidak tahu bahwa Darmoyo telah membersihkan rumahnya dari segala rewangan dari mbah Roso, sejenak  hatinya lelap matanya terpejam. Beberapa saat Samhudi melupakan segala persoalan hidup yang dihadapinya

“ Pak hati ku tidak bisa tenang.. “ Ucap istrinya lembut duduk di samping suaminya yang sedang tidur tangannya lembut mengusap rambut suaminya

“ ada apa bu ? bukan kah rumah ini begitu nyaman, adem sekarang “  Pak Samhudi berusaha duduk matanya digosok-gosok menghilangkan kantuk.

“ aku merasakan hal yang sama pak, tapi Pratiwi hati ku tak tenang takut terjadi sesuatu padannya “ mendengar ucapan istrinya pak Samhudi menarik nafas panjang sebenarnya ia merasakan hal sama beberapa saat pak Samhudi diam mencoba menenangkan hati pandangannya menerawang jauh.

“ ayo bu kita ke rumah Jamani ! “ ada dorongan kuat untuk segera melihat keadaan Pratiwi dia sadar dan kawatir melihat gelagat jahat jamani saat melihat Kedatangan Pratiwi, langkah kakinya cepat menuju rumah dukun Jamani, mengambil jalan pintas melewati jalan setapak dan pematang sawah butuh waktu 20 menit sampai juga rumah dukun Jamani yang dilhatnya nampak angker hanya diterangi lampu – lampu tempel dibeberapa sudut, tanpa pikir panjang Samhudi dan istrinya melangkah cepat melewati pintu menuju bilik utama tempat Pratiwi.

“ Pratiwi…… “ teriakan bu Samhudi menghentak mengagetkan  jamani yang sedang memandikan Pratiwi dengan pakaian setengah telanjang tanganya mengusap dengan nafsu bagian-bagian sensitif tubuh Pratiwi

“ Kurang ajar dukun cabul bejat kau apakan anak ku “  suara pak Samhudi tak kalah keras, dia berlari ke arah Pratiwi untuk menghentikan nafsu bejat Jamani belum juga sampai kedua penjaga telah memiting pak Samhudi dan istrinya.

“ Minum ini agar kamu tenang menyaksikan pengobatan yang akan aku lakukan “ jamani mendekat menotok leher pak samhudi dan istrinya setelah mulutnya terbuka dipaksa keduanya minum air tanpa nunggu waktu lama tubuhny lunlai tatapan matanya kosong.

“ kau akan menyaksikan malam pertama ku bersama anak mu Samhudi he… he…. “ Jamani kembali ke tempat Pratiwi dia melanjutkan kini dia sudah membuka seluruh pakaian Pratiwi nafasnya mendengus menciumi tubuh Pratiwi yang pasrah tak punya kemampuan untuk menolak nafsu Jamani.

“ dukun Jabul sudah puas apa yang kamu lakukan “ suaranya lemah tapi kekuatanya menggetarkan hati jamani sampai dia tersentak menghentikan nafsunya.

“ aku tahu kamu tak lebih dari binatang yang tak punya otak apa yang kamu lakukan saat ini membuat ku marah dan akan membuatmu jatuh serendah rendah “  ucapan Damoyo yang tenang membuat nyali Jamani ciut sebenarnya  Darmoyo dan paman Sentanu sudah berada di rumah Jamani dan menunggu waktu untuk memberi pelajaran.

“ maaf bapak, ibu “ dia mengusap wajah kedua orang tua Pratiwi dan terus melangkah ke arah Jamani.

“ kau takut Jamani, aku tahu ilmu linuwih mu hanya se-ujung kuku, bagi ku hal yang mudah menghancurkan mu “  melihat Darmoyo semakin dekat Jamani menjauh dari Pratiwi matanya blingsatan mencari kesempatan untuk lari, saat Darmoyo menyadarkan Pratiwi lepas perhatian Jamani mencoba kabur.

“ hey… berhenti ! “ ucap Darmoyo memekik sambil tanganya memukul tanah seketika Jamani berhenti berdiri mematung nampak dia sangat ketakutan wajahnya pucat, jantung berdetak cepat melihat Darmoyo melangkah mendekat.

“ aku tidak akan menyakiti atau membunuh mu itu perkara mudah, kau hanya akan menjadi manusia gembel terhina jamani “ Pukulan pelan darmoyo dihantamkan pada tengkuk dan punggung membuat jamani jatuh tersungkur.

“ sana pergi sebelum pikiran ku berubah “ Darmoyo mendorong tubuh Jamani yang masih menahan sakit kedua lututnya rapuh berkali-kali mencoba berdiri tetap tak bisa dia meringis menahan rasa sakit dipenuhi rasa takut Jamani merangkap menjauh dari Darmoyo terus keluar menghilang.

Darmoyo menghampiri Pratiwi dan kedua orang tuanya yang dari tadi memperhatikan dirinya saat menghajar Jamani, melihat Darmoyo datang Pratiwi berlari menjemput tanpa ragu dia memeluk kekasih yang selama ini tertutupi kedua anak muda hanyut dalam perasaan cinta, pak Samhudi dan istrinya sangat bahagia kini dia tak ragu lagi dengan pilihan Pratiwi.

Kategori Seni Budaya

Populer