blog-img

PUISI SUARA JIWA

Muhaimin S.Pd | Puisi | 03/05/2022

MENUNGGU SUKMA TERCABUT LEPAS

 

Semakin dekat saja jarak antara shubuh dan remang senja

Terik siang membuat kering tenggorakan semakin tak seimbang

Goyah terjatuh tersungkur kenikmatan menjadi-jadi

Shubuh sudah tak berpenghuni dan remang senja tidak ada lagi

Lalu kemana perginya…….. belantara semakin sesak

Bermai – ramai pasang dadu, bandar-bandar menjadi pemenang

Kematian hanya ketakutan yang diciptakan, begitu katanya

 

Begitu badan tertindih, ada nyeri di ulu hati

Langkah tertatih mencari tempat suci

Membersihkan diri

Siapa yang mau menerima serdadu pecundang kalah dalam perang

Kalian yang yang begitu cinta buta, sekarang bertanya tentang akhir dunia

Tegak lah hujan telah menumbuhkan biji – biji yang ditanamkan

Berapa biji yang telah kalian semaikan

 

Sejengkal jarak nafas mulai terengah dan kapan akan lepas ?

Oh… bisa kah segera lepas dan bebas

Agar sakit – sakit tidak terus sambat

Dekat sangat dekat tapi jangan terlalu diharap

Tuhan mu begitu  sayang pada umat Nya

Barangkali masih ada jeda agar Tuhan mu tersenyum

Sebelum roh terlepas melayang meninggalkan syurga jalang rupawan

 

DIA TELAH TIADA TAPI AKU ADA

 

Seorang anak memanggil bapaknya yang telah tiada

Dia berdiri dan memandang keluar jauh....

Menunggu sampai gelap dan berkata “ Ayah mengapa begitu lama perginya “

Anak memeluk ibunya memandang penuh harap “ mengapa ibu sembab, diam dan tak berharap “

Malam membawa do,a perjumpaan pada rindu tak berbalas.

Anak pulas dalam peluk kehangaatan ada senyum kebahagiaan di alam kehampaan

Ibu tersenyum getir ada rasa nyeri di ulu hati

Demi buah hati cukup sudah

Kedukaan, kekhawatiran, termangu dan diam

“ Anak ku dia telah tiada tapi  aku ada “

Sampai pada waktunya  kenyataan harus diperjuangkan

 

BELUM SAATNYA

 

Duh..... Gusti

Gelombang itu telah menenggelamkan seluruh jiwa dalam gennggaman Angkara

Peluh mengguyur,  ku rasa semua sebagai nikmat

Ku ikuti arus membenturkan tubuh pada batu - batu

Ke mana arus itu akan bermuara ?

 

Duh..... Gusti

Kerut keriput telah mulai tersirat sebagai tanda

Api masih terus berkobar panas membakar

Aku semakin bergairah memainkan orkestra

Ke mana arus itu akan bermuara ?

 

Duh.... Gusti

Begitu kah rasa sayang yang Kau berikan

Agar aku terus berpetualang tak berkesudahan

Saat hasrat menerjang arus menguat kembali terhempas tak berdaya

Aku lemah, lelah dan kalah, tapi aku masih percaya pada Mu

 

Kategori Seni Budaya

Populer