MENUNGGU SUKMA TERCABUT LEPAS
Semakin dekat saja jarak antara shubuh dan remang senja
Terik siang membuat kering tenggorakan semakin tak seimbang
Goyah terjatuh tersungkur kenikmatan menjadi-jadi
Shubuh sudah tak berpenghuni dan remang senja tidak ada lagi
Lalu kemana perginya…….. belantara semakin sesak
Bermai – ramai pasang dadu, bandar-bandar menjadi pemenang
Kematian hanya ketakutan yang diciptakan, begitu katanya
Begitu badan tertindih, ada nyeri di ulu hati
Langkah tertatih mencari tempat suci
Membersihkan diri
Siapa yang mau menerima serdadu pecundang kalah dalam perang
Kalian yang yang begitu cinta buta, sekarang bertanya tentang akhir dunia
Tegak lah hujan telah menumbuhkan biji – biji yang ditanamkan
Berapa biji yang telah kalian semaikan
Sejengkal jarak nafas mulai terengah dan kapan akan lepas ?
Oh… bisa kah segera lepas dan bebas
Agar sakit – sakit tidak terus sambat
Dekat sangat dekat tapi jangan terlalu diharap
Tuhan mu begitu sayang pada umat Nya
Barangkali masih ada jeda agar Tuhan mu tersenyum
Sebelum roh terlepas melayang meninggalkan syurga jalang rupawan
DIA TELAH TIADA TAPI AKU ADA
Seorang anak memanggil bapaknya yang telah tiada
Dia berdiri dan memandang keluar jauh....
Menunggu sampai gelap dan berkata “ Ayah mengapa begitu lama perginya “
Anak memeluk ibunya memandang penuh harap “ mengapa ibu sembab, diam dan tak berharap “
Malam membawa do,a perjumpaan pada rindu tak berbalas.
Anak pulas dalam peluk kehangaatan ada senyum kebahagiaan di alam kehampaan
Ibu tersenyum getir ada rasa nyeri di ulu hati
Demi buah hati cukup sudah
Kedukaan, kekhawatiran, termangu dan diam
“ Anak ku dia telah tiada tapi aku ada “
Sampai pada waktunya kenyataan harus diperjuangkan
BELUM SAATNYA
Duh..... Gusti
Gelombang itu telah menenggelamkan seluruh jiwa dalam gennggaman Angkara
Peluh mengguyur, ku rasa semua sebagai nikmat
Ku ikuti arus membenturkan tubuh pada batu - batu
Ke mana arus itu akan bermuara ?
Duh..... Gusti
Kerut keriput telah mulai tersirat sebagai tanda
Api masih terus berkobar panas membakar
Aku semakin bergairah memainkan orkestra
Ke mana arus itu akan bermuara ?
Duh.... Gusti
Begitu kah rasa sayang yang Kau berikan
Agar aku terus berpetualang tak berkesudahan
Saat hasrat menerjang arus menguat kembali terhempas tak berdaya
Aku lemah, lelah dan kalah, tapi aku masih percaya pada Mu